Rumah dan Bangunan Tahan Gempa

Beberapa daerah di Sumatera Barat berpotensi besar mengalami bencana alam gempa bumi.  Bahkan sudah beberapa kali terjadi gempa bumi dengan kekuatan yang besar melanda beberapa kota di Sumatera Barat dan nyaris meluluhlantakkan seisi kota, terutama bangunan-bangunannya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, wilayah Sumatera Barat memang merupakan kawasan yang tergolong rawan terjadinya gempa, khususnya Kepulauan Mentawai dan kawasan pantai barat yang merupakan daerah terdekat dengan pusat gempa bumi.

Bahkan di situs resmi pemerintah Kabupaten Padang Pariaman disebutkan bahwa daerah ini juga merupakan zona gempa dengan skala intensitas menempati zona VII dan VIII dengan episentrum yang relatif dangkal. Selain daerah Padang Pariaman, ada kabupaten dan kota yang juga tergolong zona rawan gempa, yaitu Kabupaten Pesisir Selatan, Agam, Pasaman Barat, Kepulauan Mentawai, dan Kota Padang. Sedangkan untuk daerah lain yang meskipun secara spesifik tidak termasuk zona gempa, namun juga berpotensi mengalami kerusakan karena berdekatan dengan daerah yang tergolong zona merah rawan gempa.

Rumah sederhana tahan gempa

Setiap kali terjadi gempa, selalu menelan korban jiwa dan juga puluhan ribu rumah dan bangunan hancur, bahkan terkadang ribuan orang terperangkap di reruntuhan bangunan. Untuk menghindari kondisi yang nyaris selalu sama sebagai akibat dari gempa, kini saatnya mitigasi bencana mulai dikedepankan. Selain melakukan berbagai kegiatan simulasi bencana gempa bumi, masyarakat terutama di daerah Sumatera Barat yang masuk dalam zona rawan gempa sudah harus memperhatikan konstruksi rumah atau bangunan yang dimilikinya. Struktur bangunan tahan gempa sudah tentu sangat diperlukan untuk meminimalisir resiko bencana. Dengan menggunakan prinsip teknik yang benar, detail konstruksi yang baik, dan praktis, maka kerugian harta benda dan jiwa manusia dapat dikurangi.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa konstruksi atau struktur bangunan yang paling berbahaya ketika terguncang gempa adalah batu bata yang hanya ditumpuk ke atas atau blok beton. Dengan jenis konstruksi seperti ini ketika datang gaya lateral dari gempa maka pucuk dinding akan runtuh begitu pula atapnya akan jatuh menimpa seluruh yang ada di dalam rumah termasuk para penghuninya. Untuk alasan inilah maka para ahli bangunan berusaha menciptakan desain bangunan yang dapat menahan gerakan ke arah samping akibat gempa sehingga dapat meminimalisir kerusakan pada struktur dan memberikan waktu yang cukup untuk penghuni rumah segera keluar rumah dengan aman dan selamat. Berikut beberapa filosofi bangunan tahan gempa yang menjadi bisa menjadi acuan ketika membangun gedung dan rumah hunian.

  • Bila terjadi gempa ringan, bangunan tidak boleh mengalami kerusakan baik pada komponen non-struktural (dinding retak, genting dan langit-langit jatuh, kaca pecah, dan sebagainya) maupun pada kompenen strukturalnya (kolom dan balok retak, pondasi amblas, dan sebagainya).
  • Bila terjadi gempa sedang, bangunan boleh mengalami kerusakan pada komponen non-strukturalnya, tetapi komponen struktural tidak boleh rusak.
  • Bila terjadi gempa besar, bangunan boleh mengalami kerusakan baik pada komponen non-struktural maupun strukturalnya, akan tetapi jiwa penghuni bangunan tetap selamat, dalam artian sebelum bangunan atau rumahnya runtuh, para penghuni rumah atau bangunan masih punya cukup waktu untuk menyelamatkan diri keluar dengan selamat.
Konstruksi rumah sederhana tahan gempa

http://blog.umy.ac.id/restufaizah/

Berdasarkan filosofi tersebut, berikut ini secara garis besar beberapa prinsip dasar bangunan tahan gempa yang dapat dijadikan acuan dalam membangun rumah atau bangunan di daerah zona rawan gempa, diantaranya :

  1. Denah bangunan yang tahan gempa sebaiknya adalah simetris dengan bentuk segi empat atau lingkaran.
  2. Struktur bangunan tahan gempa yang direncanakan haruslah sesederhana mungkin sehingga jalur gaya vertikal dan horizontal dapat dimengerti dengan sangat mudah. Struktur yang sederhana akan membuat bangunan atau rumah tersebut relatif lebih bertahan pada gempa besar sekalipun.
  3. Tinggi bangunan tahan gempa sebaiknya tidak melebihi empat kali lebar bangunan.
  4. Bangunan tahan gempa harus memiliki volume yang ringan. Makin berat bangunan maka makin besar daya massa jika terjadi gempa bumi. Selain itu, kontruksi atap yang berat dapat membahayakan struktur yang berada dibawahnya.
  5. Pondasi untuk bangunan atau rumah tahan gempa sebaiknya dibuat sesederhana mungkin dan kuat sehingga menghindari pondasi amblas pada saat terjadi gempa bumi. Sebagai alternatif, bisa memilih plat lantai beton bertulang atau pondasi lajur kali dengan sloof beton bertulang.
  6. Ketebalan plat dan ketinggian dinding balok sebaiknya lebih besar dari biasanya, hal ini untuk menghindari getaran vertikal sejauh mungkin. Balok tidak boleh dibuat dengan lebih besar dari tiang yang ada pada tumpuan agar tidak terjadi tegangan hambatan.

Demikian beberapa prinsip dasar yang sederhana untuk diterapkan ketika akan membuat bangunan atau rumah yang relatif tahan gempa yang berada di zona atau daerah rawan gempa. Sebenarnya, sudah banyak rancangan dari para ahli yang bertujuan untuk membuat bangunan atau rumah yang tahan gempa, namun beberapa diantaranya belum tersosialisasi di masyarakat dan biasanya kontruksi rumah tahan gempa identik dengan harga yang mahal. Demi keselamatan masyarakat yang berada di lokasi zona-zona berbahaya gempa, sudah waktunya pemerintah menetapkan regulasi tentang pedoman membangun rumah atau bangunan di kawasan tersebut, mulai dari yang sederhana atau berbiaya murah hingga yang lebih kompleks dengan ketahanan yang lebih powerfull.

(Dirangkum dari berbagai sumber).

 

 

 

Facebook Comments
310 queries in 0.368 seconds.